Thursday, November 16, 2006

Mengekspresikan Marah Secara Tepat Kepada Anak

Marah, adalah kewajaran bagi orangtua bila sedang jengkel dan dibikin pusing oleh anak. Namun bagi anak-anak tertentu, kemarahan orangtua identik dengan pukulan fisik, kekerasan verbal ( umpatan, makian, dan cacian ), dan menimbulkan luka psikis bagi anak. Sementara bagi orangtua, anak anak tertentu yang terlalu sering menimbulkan kejengkelan, bandel, nakal dan perilaku tidak menyenangkan lainnya yang memaksa orangtua menumpahkan segala macam ekspresi kemarahan. Tidak heran, orangtua pun tidak perduli manakala cap " cerewet " menghinggapi dirinya.


Tidak tepat


Marah itu memang mudah. Begitu mudahnya marah, sehingga setiap orang akan mampu marah. Tetapi, marah yang tepat, pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang pas, demi tujuan yang benar, dengan cara yang baik, bukanlah sesuatu yang mudah. Demikian ungkap Aristoteles dalam tulisannya The Nichomachean Ethics dan diungkap ulang oleh Dr. Daniel Goleman, psikolog yang mendalami ilmu-ilmu perilaku dan otak. Kata-kata tersebut cukup mewakili bagaimana sebenarnya posisi kemarahan pada setiap individu.

Bagi orangtua yang beraliran konservatif dalam mendidik anak, memang merasa berhak untuk selalu marah, bila merasa jengkel dan tidak menyukai perilaku anak. Hak ini didukung oleh argumen, bahwa kemarahan orangtua adalah demi kebaikan terhadap anak itu sendiri. Tujuan ini tentu saja dibenarkan, namun kadar, waktu, dan cara marah yang keliru, sering menimbulkan suasana semakin ruwet. Orangtua semakin marah, anak semakin memberontak. Orangtua mengecap anaknya sebagai anak yang bandel, nakal, suka membantah orangtua, sementara anak melakukan penyelesaian masalah dengan caranya sendiri. Misalnya dengan lari dari suasana rumah, berkeliaran di mal-mal, pulang larut malam, atau bahkan terlibat dalam obat-obatan terlarang.

Untuk itu dibutuhkan tidak saja ketrampilan kognitif intelektual manakala orangtua akan menggunakan hak marahnya kepada anak, melainkan juga dituntut adanya ketrampilan emosional. Ketrampilan kognitif intelektual tampak dari tujuan marah yang ilmiah, yakni karena kamu salah maka mama dan papa berhak untuk marah. Ketrampilan emosional, tampak dari bagaimana ketepatan orangtua untuk mengekspresikan marahnya secara tepat.


Empat langkah
Orangtua tertentu memang melakukan kesalahan fatal manakala mereka marah kepada anak. Kata-kata alasan marah, dan ekspresi emosi yang tidak terkendali, tumpah ruah kepada anak. Komunikasi macet, orangtua semakin marah, anak pun ikut- ikutan menolak kemarahan dan jadi ikut marah pula.
Daniel Goleman menyodorkan empat langkah alternatif marah yang tepat terhadap anak. Empat langkah ini terdiri atas strategi SOCS ( Situation, Option, Consequence, dan Solution ) Artinya, hendaknya kita mempelajari situasi psikologis anak ( badan capek, pikiran masih kacau, atau anak memang tipe pemberontak ), kemudian menuliskan alternatif- alternatif yang bisa dilakukan terhadap anak ( menasehati langsung, menasehati tetapi ditunta setelah anak memiliki waktu yang tepat, menasehati biasa, menasehati dengan nada keras, dsb), memikirkan segala konsekuensinya ( anak menerima tanpa syarat, diterima dengan syarat, atau anak menolak nasihat orangtua), lalu tuliskan atau pikirkan juga bagaimana solusi-solusi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Tonjolkan aspek tanggung jawab kepada anak, bahwa setiap perilaku dan sikap yang dilakukan anak, akan membawa konsekuensi tersendiri. Konsekuensi itu tidak selalu menyenangkan, namun ada juga yang menyusahkan. Biarkan anak berpikir, mana yang akan ia pilih.
Dalam psikologi, dikenal adanya Analisis Transaksional. Salah satu aspek ajaran Analisis transksional ini adalah bahwa untuk mendidik anak jangan selalu dengan kemarahan fisik, larangan, dan menasehati. Sekali tempo konfrontasikan dengan konsekuensi yang mungkin akan dialami anak bila anak tidak menuruti nasehat orangtua, atau sebuah ujud kemarahan yang tersamar. Misalnya, tampak dengan nasehat kontroversial dan bersifat konfrontatif. Misal dengan mengatakan . kalau kamu tidak mau turun dari pohon yang terlalu tinggi itu, naik saja setinggi mungkin atau kalau kamu jatuh, sakitnya akan lebih terasa. Untuk mencapai tujuan secara baik, orangtua hendaknya lebih jeli mengamati tipe-tipe psikologis anak. Dengan demikian, marahpun memang dituntut ketepatan dalam mengekspresikannya.

TIPS HINDARI MARAH PADA ANAK

Tips untuk menghindari kemarahan saat kita jengkel kepada anak, yaitu:

  • Kalau marah maka ubahlah posisi, bila masih marah berbaringlah, ambil wudhu dan minta perlindungan Allah SWT sambil mengucapkan lafadz taawudz 'Audzubillahimisysyaithaan nirrajim.'
  • Saat hendak marah, tarik nafas panjang, tenangkan diri. Tinggalkan ruangan, masuk kamar, atau apalah untuk membantu menenangkan perasaan.
  • Jangan 'menyerang' anak dengan kata 'kamu', misalnya nih "Kamu kok gak pernah belajar bersihkan rumah sih!" atau "Aduh...kok kamu gak pernah bisa bangun pagi?" Biasanya kalau mengucapkan kata-kata ini, mata tanpa sadar melotot seperti mas koki, nafaspun tersengal-sengal. Yang lebih baik adalah dengan menggunakan kata 'saya', misalnya nih, "Ibu gak suka lho, kalau kamu buang sampah sembarangan" atau "Sayang, ibu kecewa kalau kamu bangunnya selalu siang" Ini akan mengurangi rasa sakit hati anak.
  • Bila terlalu marah untuk berbicara, tahanlah! Kalau anak sudah dapat membaca, maka ekspresikan perasaan dengan menulis, karena selembar kertas dan sebatang pena dapat membantu mengontrol emosi. Artinya,'menulis tidak hanya untuk mengikat ilmu' lho, tapi juga untuk 'mengikat emosi.' :-)
  • Ketika anak membuat marah, jelaskanlah mengapa kita kecewa kepada mereka. Jangan menyebut-nyebut kesalahannya yang lampau, karena anak bingung, gak mengerti penyebab kemarahan ayah dan ibunya.
  • Bila terlanjur marah, imbangilah dengan pelukan hangat dan kata maaf. Jangan sok gengsi wibawa akan turun karena melakukan hal itu, karena kita pun selaku orangtua bisa melakukan kesalah sewaktu-waktu.
  • Saat kemarahan ingin meledak, coba deh menghadap ke cermin. Lihat betapa 'cantiknya' wajah kita saat itu. Mudah-mudahan kita pun tak ingin anak yang kita cintai melihat ekspresi kita saat itu.
  • Evaluasi, kenapa kita marah. Jangan sampai kita marah karena masalah kita sendiri? Jangan lampiaskan kekecewaan kita dengan orang lain lain atau masalah lain terhadap anak kita.

Monday, November 06, 2006

Acara Markoum Lebaran

Selamat Lebaran & mohon maaf lahir bathin yaah untuk semuanya...terutama untuk adik2ku yang nun jauh di negeri orang sana....
Kita di Jakarta juga lebaran tanpa orang tua niih...sama dong yah ama yang di kobe dan di kamloops , cuma bedanya disini acara markoum tetep jadi acara wajib.

  • Hari 1 lebaran: setelah sholat ied sarapan di rmh wak Usman, ke rmh Ibu Minagapura, ke kedoya (rmh nenek), ke rmh wak Asni, ke rmh bule Wati (kemanggisan), ke rmh bu Radi (komp.DKI joglo).
  • Hari 2 lebaran: ke rmh nenek bintaro, ke Depok, ke LA, ke rmh papa waskito (lagi di Jatipadang).
  • Hari 3 lebaran: ke rmh mama Ciputat, ke rmh temen2 abang di ciputat.
  • Hari 4 (Jumat) - Senin pagi : rekreasi ke Puncak + Taman Safari (naah kalo yang ini nggak bakalan bisa nih kalo si mama lebaran di Jakarta, sssuuuut jangan bilang-bilang yaah, hihihi....kabuuurrr....!!).
  • Hari Senin pagi pulang, and... hari Selasa back to work...back to rutinitas...but belum back to macet...
  • Hari Sabtu tgl 4 kemaren: Manasik Haji udah mulai lagi
  • Hari Minggu 4/11 : Acara markoum dimulai lagi, berangkat dari rmh jam 11 menuju Cilangkap (rmh mamak Ali Rahman), dilanjutkan ke rmh mamak Godang, krn tadi padi Zahra telp, ngasih tau kalo mereka udah plg dari kampung). Tadinya mau lanjut ke rmh nenek Ningrum (meruya) tapi nggak jadi karena mereka lagi pada pergi. Kira2 magrib baru sampe rumah.

Begitu deh ceritanya acara markoum kita2 di jakarta, nggak tau deh minggu depan ke rumah siapa lagi yaah...? Eh iya mak Lawan dan etek Mas katanya udah nyampe juga tuh dari kampung, waaah kayaknya kudu didatengin juga tuuh...busseeet deh kapan kelarnya yaah...acara koum markoum ini... hihihi....