Tuesday, October 09, 2007

Adek Azra Lahir

Alhamdulillaahirobbil alamiin,
3 hari sebelum hari Raya Idul Fitri Dek Azra lahir dengan selamat
Tepatnya tgl 9 Oktober 2007, jam 4 sore
ini Foto2 dek Azra waktu baru lahir:


Ini foto2 dek Azra umur 1 bulan waktu di Jemur:



Ini Foto waktu umur 2 bulan:

Dan ini waktu acara Aqiqah Dek Azra di rumah Opung:



Thursday, April 05, 2007

Ayah Umroh

Ayah berangkat Umroh hari Rabu 4 April 2007 jam 13.00 WIB dari rumah naik taksi menuju Airport Sukarno-Hatta.


05-04-07 00:36
Ayah : Alhamdulillah abang sdh smp di abu dhabi dan transit utk menuju Oman. Selamat bobo ya yank..kiss bye.

Utet: Alhamdulillah deh kalo gitu. Gmn kota Oman, bagus yah? Jam brp brgt dr Oman? Kalo bs nanti malem telp ke rmh yah, si Rafa blg kangen mulu tuh (mamanya jg :-))


05-04-07 14:45
Ayah: Ya sayang..sebentar lagimenuju Jeddah. Oman biasa aja tp istana rajanya bagus. Malam mgkn blm smpt tlp sbb jam 10 an sampainya. Pagi aja ya.

Utet: Oke deh, take care yah Yang. Gamang nih ngebayangin abang mesti bolak balik naek pesawat...


05-04-07 16:04
Ayah: Harusnya yg naek pesawat yg gamang...Kok gak ngapa2in gamang?, lagi kumat darah rendahnya kali...

Utet: Itu namanya sehati sejiwa..! Emangnya kalo abang kenapa2 nggak ngaruh ama Utet.. :-(

Wednesday, February 14, 2007

Mencintai

"... Nothing can come from nothing," tulis Jostein Gaarder dalam salah satu novel filsafatnya yang terkenal. Tidak ada memang, yang dapat datang dari ketiadaan. Sesuatu seharusnya ada sebabnya. Cinta pun, harus ada alasannya.
Anda mencintai pasangan Anda karena apa? Konon, jika Anda mencintai seseorang karena hartanya, Anda akan mendapatkan harta itu. Jika Anda mencintai karena kehormatan keturunannya, Anda pun akan terimbas kehormatan itu. Dan jika Anda mencintai dan menikahi seseorang karena kebagusan parasnya, Anda pun akan segera mendapatkan paras itu.

Cinta juga adalah kekuatan, baik bagi bangsat hingga ahli ma'rifat. Lihat, di salah satu rumah tahanan di Australia, sebagian besar penghuni tahanan masuk ke sana karena menganiaya, membunuh, atau terlibat dalam kompleksitas perasaan lain dengan orang yang mereka cintai. Sementara itu, pasti juga selalu ada orangyang sujud syukur tanpa henti karena merasa dianugerahi kemampuan untuk mencintai dengan cara terbaik.
Mereka mencintai pasangannya bukan karena apa-apa lagi, tetapi karena Allah saja. Uniknya, penyederhanaan sebab mencintai menjadi "hanya karena Allah saja" itu justru sering menjadi "kekuatan yang tidak disadari", yang membuat semua aspek baik dari pasangannya, apakah itu harta, kehormatan dan ketampanan atau kejelitaan, tiba-tiba turut datang juga menjadi milik. Anugerah-anugerah itu membuat mereka kehilangan kata untuk berterima kasih selain dengan sujud berlama-lama.
Pada awalnya, makna dari "mencintai karena Allah" mungkin terasa paling tulus, kudus, dan bahkan membebaskan. Membebaskan karena tidak ada tetek-bengek pertimbangan "bibit, bebet, bobot" yang sering menjadikan cinta menjadi sejenis barang dagangan yang hanya bisa didapat dengan harga tertentu, dan dibuang ke tong sampah jika ternyata tidak terbeli.
Tetapi kemudian, beberapa pemikir yang kompeten lantas membuatnya menjadi sebuah kategori logika juga. Saya tidak tahu persis "ciri-ciri" yang membuat seseorang yang sedang mencintai dapat dikategorikan sebagai orang yang "mencintai karena Allah saja".

Tetapi tampaknya, tidak ada yang berani menolak jika dikatakan bahwa ciri-ciri "mencintai seseorang karena Allah saja" itu artinya adalah : mencintai sesuai dengan Alquran dan Al Hadits.
Dalam konteks ini. Konon, pemilihan pasangan tidak boleh hanya didasarkan kepada uang yang dipunyai, status sosial keluarga, atau kebagusan paras dan tubuh, tetapi karena keimanan dan kualitas amal.

Yang jelas, "mencintai" kini lebih sering menjadi objek analisis pemikiran dari pada proses pengasahan ketajaman rasa. Kini, jika Anda seorang pemuka agama dan menganjurkan pengikut Anda untuk "mencintai karena Allah saja", pasti akan banyak pertanyaan yang langsung meluncur dengan inti, "Seperti apa sih mencintai karena Allah saja itu?"

Cara yang paling sekuler dalam mencintai pun doyan memakai analisis; bahwa yang namanya mencintai itu harus berdasarkan beberapa sebab, di antaranya:kagum dan hormat.
Susahnya, bukankah tidak ada seorang pun di dunia normal ini yang akan selalu ada dalam kondisi istimewa itu? Jadi, seperti apa mencintai yang terbaik itu?
"Ya ... dengan mencintai sajalah, " kata teman perempuan saya suatu kali. Cinta baginya mungkin menghilangkan semua alasan, karena ia memang bukan untuk dipikirkan tetapi dikenali.

Jika dalam membina hubungan cinta, ingatan kepada-Nya ternyata mengabadikan kebahagiaan dan memunculkan hikmah dari konflik, hingga Ia jadi dekat tak terkatakan, mungkin, itulah semuanya.
Singkatnya, rasakan saja.

Source: Republika Online
Senin, 12 Mei 2003
Oleh : Miranda Risang Ayu

Monday, January 01, 2007

Nikmatnya Ibadah Haji
























Ibadah Haji…berat terdengar, ternyata nikmat dirasakan.


Ya Allah…beri kami kesempatan untuk mengulanginya lagi,


Terima kami untuk kembali menjadi tamu Mu...


Sambut kami dengan kasihMu...


Limpahi kami dengan CintaMu...


Terimakasih ya ALLAH atas nikmat Iman, nikmat Islam dan semua nikmat yang Engkau berikan kepada kami.