Thursday, June 17, 2010

Jika Si Kecil Kurang Percaya Diri

Menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak termasuk tugas orangtua yang sangat penting. Ini karena rasa itu akan menjadi modal penting untuk kesuksesannya. Dia akan lebih cepat bergaul, lebih cepat menguasai keahlian, lebih siap menghadapi masalah, lebih eksploratif dan lebih kreatif.

Darimana balita kita mulai membangun rasa percaya dirinya? Sebagian besarnya dari hal-hal di bawah ini:

Pengasuhan. Model pengasuhan yang otoritatif (memotivasi kebebasan berkembang dan mengarahkan batasan yang jelas) lebih bisa mengantarkan anak menjadi lebih percaya diri ketimbang yang cuek atau yang sedikit-sedikit “jangan”.

Sikap cuek bisa membahayakan anak secara jiwa atau fisik. Kalau dia sampai menyentuh benda-benda berbahaya, mungkin dia akan trauma lalu tidak mau mencoba bereksplorasi lagi (jera).

Sama bahayanya dengan pengasuhan yang sedikit-sedikit “jangan” (Overparenting). Kata itu akan membangun pembatas di dalam diri anak sehingga membuat dia tidak percaya diri saat mencoba hal-hal baru.

Jadi, yang lebih aman adalah merangsang anak untuk bereksperimen, namun dengan pendampingan yang memadai.

Komunikasi. Model komunikasi yang asertif (sopan, menghormati, dan kuat) lebih bisa mengantarkan anak menjadi lebih percaya diri ketimbang yang agresif (menyerang) atau pasif (kurang hangat).

Komunikasi yang terlalu korektif (selalu mengkritik anak), lebih-lebih disertai sikap yang menjatuhkan, dapat membuat anak merasa tidak pantas untuk mampu. Ini akan membangun keminderan anak.

Sama jeleknya juga dengan komunikasi yang kurang hangat. Anak kita butuh pujian yang mendidik saat dia berhasil mencapai sesuatu (berprestasi), misalnya bisa mengambil barang yang kita suruh. Jika kita dingin-dingin saja, ini kurang memotivasi dia untuk bereksplorasi dan berprestasi.

Kualitas kedekatan. Kedekatan yang membuat anak merasa aman dan nyaman lebih bisa mengantarkan anak menjadi lebih percaya diri ketimbang kedekatan yang membuat anak merasa tidak aman.

Meski kita bisa mengatakan bahwa semua orangtua itu pasti dekat dengan anaknya, tetapi kualitas kedekatannya tidak bisa disamaratakan. Ada yang hanya dekat secara fisik tetapi batinnya jauh.

Ada kedekatan yang membuat jiwa anak merasa aman, tapi ada yang malah sebaliknya. Misalnya karena orangtua kurang bisa memahami jiwa anaknya lalu menimbulkan cekcok sehingga anak malah merasa terancam dengan orang dewasa di sekitarnya.

Kedekatan yang demikian dapat membuat anak berkesimpulan bahwa dia hidup di dunia yang dipenuhi ancaman sehingga dia berkesempatan membangun kekhawatiran.

Secara umum, untuk membangun rasa percaya diri, balita kita membutuhkan kasih sayang yang membuat dia merasa aman, lingkungan yang aman, kedekatan yang membesarkan hatinya, serta kebebasan berkembang yang membuat dia bisa menjajal berbagai eksperimentasi (merasakan atau membuktikan pengalaman baru)

Semoga bermanfaat.
(Source: Sahabat Nestle)

No comments: